Sabtu, 03 Mei 2008

RIWAYAT KI AGENG PERWITO

RIWAYAT KI AGENG PERWITO


Pada jaman dulu sesurutnya kerajaan Majapahit,berdirilah kerajaan Islam pertama di tanah Jawa dengan raja pertama Raden Patah yang merupakan anak dari Prabu Brawijaya ke-5 atau raja Majapahit yang terakhir,dengan gelar Sultan Syeh Alam Akbar ke-1. Raden Patah dapat eksis dalam pemerintahannya karena adanya bantuan dari ulama-ulama Islam tanah Jawa yang disebut dengan Wali Sanga.
Kemudian setelah surutnya Sultan Syeh Alam Akbar ke-1 kedudukannya digantikan oleh putra mahkota kerajaan yaitu Pangeran Sabrang Lor dengan gelar Sultan Syeh Alam Akbar ke-2.
Begitu Juga setelah surutnya Sultan Syeh Alam Akbar ke-2,digantikan putra mahkota kerajaan yaitu Raden Trenggono atau biasa disebut Sultan Trenggono. Beliau bergelar Sultan Syeh Alam Akbar ke-3 . Sultan Trenggono merupakan raja terakhir kerajaan Demak Bintoro, hal ini karena situasi politik dan balas dendam Joko Tingkir terhadap raja Demak yang telah membunuh ayahnya yaitu Ki Kebo Kenanga yang merupakan raja dari daerah perdikan kerajaan Pengging, yang karena politik dari Wali Sanga agar ajaran Syeh Siti Jenar tidak berkembang di tanah Jawa.
Ki Kebo Kenanga merupakan anak turun Prabu Handayaningrat dari kerajaan Pengging yang menjadi murid Syeh Siti Jenar. Jaka Tingkir alias mas Karebet dapat menjadi menantu Sultan Trenggono karena dapat memenangkan sayembara mengalahkan kerbau yang mengamuk yang dibuat sendiri olehnya sehingga mendapat hadiah putri ke-6 dari Sultan Trenggono. Kemudian oleh Joko Tingkir Kerajaan Demak dipindah ke Pajang beliau kemudian bergelar Sultan Hadiwijaya ke-1.
Ki Ageng Perwito merupakan anak ke-4 dari Sultan Trenggono yang ikut serta adik iparnya pindah ke kerajaan Pajang dan mejadi Panglima serta Pujangga kerajaan Pajang.
Sebelum mengabdikan dirinya di kerajaan Pajang Ki Ageng Perwito Mendapatkan Wasiat dari Sultan Syeh Alam Akbar ke-3 atau Sultan Trenggono agar apabila sudah sampai waktunya tiba supaya Ki Ageng Perwitro mengabdikan dirinya kepada orang yang menerima Wahyu bukan orang yang berkuasa(orang yang kepulungan).
Bersamaan dengan berjalanya waktu Sultan Hadiwijaya mmpunyai dua anak laki-laki yaitu Raden Benowo dan Raden Danang Sutawijaya. Raden Benowo merupakan anak mahkota kerajaan Pajang yang biasanya disebut Pangeran Benowo. Sedang adiknya diasuh oleh orang kepercayaan sultan Hadiwijaya yaitu Ki Ageng Pamanahan.
Karena kecerdikan dan kepintaran KI Ageng Pamanahan dan sudah ditakdirkanNya,sehingga Raden Danang Sutawijaya dapat Wahyu Keprabon yang diambil dari Ki Ageng Penjawi.
Raden Danang Sutawijaya kemudian mendapatkan hadiah dari orang tuanya Sultan Hadiwijaya tanah di daerah Alas Mentaok sekarang kota Gede Yogyakarta. Dan mendirikan daerah disana yang merupakan cikal bakal kerajaan Mataram Islam. Yang kemudian hari beliau bergelar Panembahan Senapati Sayidina Panatagama dan belum bergelar sultan karena masih menghormati orangtuanya Sultan Hadiwijoyo.
Singkat cerita berhubung makin lama daerah Mentaok semakin ramai maka Ki Ageng Pamanahan sebagai Penasehat utama Panembahan Senapati memberi masukan agar Mentaok sudah waktunya lepas dari kerajaan Pajang. Dengan tidak lagi memberi upeti pada waktu pisowanan agung kerajaan Pajang atau mbalelo.
Hal ini kemudian diketahui Sultan Hadiwijaya dan mengirimkan duta untuk menyelesaikan masalah ini yaitu KI Ageng Perwito. Karena tidak adanya kesepakatan diantaranya maka diselesaikan dengan perang tanding mereka berdua.
Karena sama-sama mempunyai kesaktian yang seimbang sampai beberapa hari tidak ada yang kalah maupun yang menang. Pada waktu melakukan semadi untuk mengalahkan Panembahan Senapati, Ki Ageng Perwito ditemui Kanjeng Sunan Kalijaga,Beliau mengingatkan wasiat ayahnya Sultan Trenggono untuk mengabdi pada pulung bukan kekuasaan karena wahyu kerajaan Pajang sudah mulai surut dan bergant ke daerah Mentaok. Oleh beliau Ki Ageng Perwito juga diberi wejangan supaya mengalah untuk kemuliaan anak cucunya. ”Apabila mau mengalah maka namanya akan diluhurkan oleh anak cucunya hingga akhir jaman.”
Kemudian oleh Sunan Kalijaga , Ki Ageng Perwito diarankan meninggalkan peperangan dan kerajaan Pajang dan berjalan kearah pulang apabila dalam perjalanan ada delanggung(sekarang menjadi Delanggu kota kecamatan) yang besar supaya berjalan kearah timur dan apabila sudah sampai ke suatu daerah yang menyerupai bukitdisanalah tempa yang harus disingahinya dan dijadikan tempat tinggal untuk selamanya(daerah Ngreden Wonosari).
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari Ki ageng Perwito selain bertani juga menjadi sesepuh yang menjadi sumber dari ilmu kehidupan sehari-hari(kasepuhan) dan mengobati orang yang sakit. Sehingga semakin lama kehidupan daerah tersebut semakin ramai.
Pada waktu tuanya Ki Ageng menginginkan tapa ngluweng dalam rumahnya hingga selesai. Dengan kode pada waktu petang tali yang diikatkan pada jemarinya ditarik dan dan dijawab dua kali tarikan beliau masih hidup dan apabila tidak ditarik atau hanya sekali penutup luweng agar dibuka dan dinaikan. Hal ini hingga berjalan 4tahun lamanya. Hingga pada suatu hari cantrik kepercayaanya lupa menarik tali dan pada waktu ditari talinya lepas. Sehingga menimbulkan masalah pada waktu itu mau dibuka atau tidak. Melalui musyawarah yang begitu alot hingga tengah malam akhirnya ada suara dari dalam luweng tersebut yang mengatakan”He anak cucuku semua saya sekarang sudah hidup dalam kelangengan jangan ribut sendiri, hanya pesan saya apabila anak cucuku semua sedang menghadapi masalah kehidupan datanglah kesini saya akan memberikan terang bagi masalahmu.”
Begitulah cerita mengenai Ki Ageng Perwito. Hingga saat ini banyak yang datang ngalap berkah untuk mencari Derajad Pangkat dan Kekayaan,serta ketentraman hidup sehari-hari.
Sendang peninggalan eyang namanya sendang tretes.


Komentar-Komentar:
1.Bapak Sucipto (Juru Kunci HP:085643410747)
Banyak pesiarah yang datang ngalap berkah kepada eyang yang terkabul sehingga hidupnya berhasil dan tentram ada yang jadi PNS,Polisi.TNI,Wiraswasta,maupun Pegawai Swasta. Sehingga hal ini menambah kepercayaan kami akan janji eyang yang menolong anak cucunya yang kena pepeteng.


2. Bapak Sriyono (Spiritual HP: 085647309077)
Setelah saya melakukan tirakat dimakam eyang saya dapat suatu kelebihan untuk membantu kesulitan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tidak terlepas daei pangestu eyang. Dan banyak yang merasa senang hidupnya apabila tirakat dimakam eyang.


3. Wiyanto(Warga Ngreden)
Saya tirakat dimakam eyang sudah bertahun-tahun yang saya rasakan seperti dirumah sendiri dan hidup saya tentram dan merdeka.



4. Mbak Retno Ninggrum(mahasiswa,Malang)
Setelah saya dibawakan air dari sendang tretes oleh Bp.Agus ujian skripsi saya berjalan lancar dan saya sudah bekerja di Surabaya sesuai harapan orang tua. Trimakasih eyang pangestunya.


Dan apabila ada komentar lain silahkan tekan rubrik komentar di situs ini,terimakasih atas perhatiaanya dan kalau ada kesalahan pembuat situs mohon maaf situs akan diup-date sewaktu-waktu. Amin. SELAMAT BERJUANG DAN SUKSES.
Hub pembuat situs HP:02718038875

1 komentar:

Unknown mengatakan...

nuwon sewu....

saya asli ngreden,,cuman saya sdh lama tinggal di bekasi...
saya hanya mau tanya ...siapakah yang menjadi juru kunci di makam Ki Ageng perwito..

mohon di sampaikan di email saya suronoani@gmail.com


matur sembah nuwon


surono